MENGGANTANG ASAP MERAIH REZEKI

Minggu, 03 Januari 2010 |

Petarukan 2/12/2010. Asap putih mengepul membumbung tinggi begitu tersapu angin, aroma ikan segar yang terpanggang begitu menggoda selera. Begitulah setiap hari aktifitas Kustirah (56) warga Desa Tegalmlati, Kec. Petarukan sebagai pengrajin ikan panggang.
Ikan segar tiap hari ia datangkan dari TPI Asemdoyong seharga Rp.200 ribu per basket (baskom besar), ia memilih ikan gathek sejenis pethek, ikan jenis ini dagingnya rada tebal dibandingkan ikan pethek. Usaha ini ia tekuni bersama sang suami Sutaryo (60) di dalam bilik terbuka berukuran 3x6 m yang terdapat dua tungku besar sebagai tempat memanggang ikan gathek. Dari usaha ini ia menghasilkan untung Rp.100 ribu apabila dagangan yang ia jajakan di Pasar Petarukan habis, namun apabila tersisa ia jajakan keliling kampung.
“ Kalau lagi ramai ya langsung habis, biasanya diborong oleh pengusaha warung makan, kalau sisa ya dijajakan keliling kampung” tutur Kustirah sambil menyeka keringat yang mulai bercucuran.
“ Dari usaha ini saya mampu membiayai anak-anak, maklum mas nggak punya sawah seperti kebanyakan tetangga disini”. Kilahnya lagi.
Proses pemanggangan ikan sangat sederhana, tungku yang berukuran besar (agak cekung kedalam) ditebari potongan kayu sambil dikipasi sampai terbentuk bara kemudian sederetan ikan ditaruh diatas bara sambil sesekai dibalik agar tidak gosong. Kemudian ikan yang sudah matang ia angkat ditaruh diatas nyiru. Rutinitas ini ia lakukan setiap pukul 14.00 sampai menjelang ba’da Ashar. Baru keesokan harinya ia berangkat ke Pasar Petarukan.
“ Kalau beli ikan di TPI Asemdoyong itu urasan bapak”, kata Kustirah sambil melirik sang suami yang sedang membalik-balik panggangan ikan yang terakhir.
Kembali asap putih mengepul membumbung berputar-putar seirama kipasan tangan yang mulai renta itu, sayapun bergegas menyingkir karena serbuan asap putih yang mulai memedihkan mata. Sebagai penutup obrolan sore itu, sayapun memesan lima ekor ikan panggang berukuran sedang seharga Rp.5000,- .
Sambil bergegas pamit, Mak Kus, demikian ia biasa dipanggil oleh tetangganya berpesan,
“Ikan ini lebih enak kalau dipecak pakai sambel tomat Mas”, demikian pesannya.
Aku mengangguk mengiyakan, pikiranku kembali melayang membayangkan betapa lezatnya ikan panggang sambel tomat. Sesekali aku mengagumi keuletan sepasang suami istri yang bahu membahu menggantang asap demi kelangsungan hidup lewat usaha kecil ikan panggang. Ternyata geliat ekonomi kerakyatan didaerah ini sangat dinamis. Hampir sepanjang perjalanan didaerah ini semua penduduk usia produktif bekerja baik disawah, diladang, maupun sebagai pedagang.(uripsr@ymail.com)***

0 komentar:

Posting Komentar