Tampilkan postingan dengan label Seputar Pemalang. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Seputar Pemalang. Tampilkan semua postingan

Pengembangan Pembangunan Pos Pengamatan G. Slamet

Senin, 04 Januari 2010 |

Kabupaten Pemalang dengan kekayaan keanekaragaman hayati baik di darat maupun di perairan (laut) memiliki peluang yang sangat besar dalam meraih atau memperoleh manfaat dari kawasan hutan tersebut. Salah satu manfaat yang dapat diperoleh adalah pengembangan kawasan hutan untuk pariwisata alam. Dasar hukum pengembangan pariwisata alam yang sesuai dengan prinsip kelestarian adalah UU No 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hutan dan Ekosistemnya serta UU No 9 tahun 1990 tentang kepariwisataan, di mana kegiatan pemanfaatan kawasan hutan tersebut diarahkan bukan pada kegiatan eksploitasi melainkan lebih kepada pengembangan pemenuhan jasa pariwisata alam. Potensi wisata alam di kawasan hutan dengan daya tariknya yang tinggi merupakan potensi yang bernilai jual tinggi sebagai obyek wisata, sehingga pariwisata alam di kawasan hutan layak untuk dikembangkan (Anonim, 2003).
Pengembangan ini diperlukan dalam penanganan obyek dan daya tarik wisata (ODTW), yang menjadi sasaran wisatawan. Pengembangan kepariwisataan kabupaten Pemalang di Pos Pengamatan Gunungapi Slamet merupakan rangkaian upaya pembangunan sektor kepariwisataan secara berkesinambungan yang meliputi seluruh kehidupan masyarakat dalam memajukan kesejahteraan umum.
Berdasarkan hal tersebut di atas maka rencana pengembangan pengelolaan di Pos Pengamatan gunungapi Slamet, didasarkan atas prinsip - prinsip dan keterpaduan ekologi tanpa mengabaikan kondisi fisiknya dan bertujuan untuk melindungi dan memelihara keunikan ekosistem dan kekayaan alamnya serta memanfaatkan secara lestari untuk kepentingan generasi sekarang dan generasi yang akan datang. Pengembangan dilakukan tidak sebatas pada fasilitas dan sarana yang ada, akan tetapi juga peluang - peluang usaha yang memungkinkan untuk dikembangkan, peluang usaha tersebut dapat dilaksanakan oleh pihak pengelola atau swasta, seperti : masyarakat, maupun stakeholder lain yang terkait.
Dalam menentukan peluang usaha di pos pengamatan gunungapi slamet, ada 2 (dua) aspek yang sangat penting, yaitu : a) Aspek Permintaan, dan b) Aspek Penawaran. Aspek permintaan dapat dilihat dari jumlah kunjungan wisata yang datang ke Pos Pengamatan gunungapi Slamet, sedangkan aspek penawaran yaitu obyek dan daya tarik wisata alam serta pengelolaan obyek wisata itu sendiri
KONDISI GEOGRAFIS
Pos pengamatan Gunungapi Slamet secara administrasi terletak desa gambuhan, kec. Pulosari kabupaten Pemalang atau berada pada sisi selatan kabupaten Pemalang berbatasan dengan kabupaten Tegal dengan koordinat lokasi X : 0301058, Y 9207701 Pos pengamatan berada pada ketinggian 1000 m dpl. Dengan ketinggian seperti itu maka suhu lingkungan sekitar cenderung dingin berkisar antara 15 derajat sampai 25 derajat C.
Deliniasi memberikan masukan untuk menentukan daerah yangh akan dikembangkan sebagai heading/title project. Deliniasi ini merupakan (pada aplikasi pemetaan sebagai layer):
Batasan kawasan (justifikasi studi).
Batasan domain masing-masing tema misal, deliniasi kampung wisata, deliniasi wisata bahari, deliniasi waterfront dan sebagainya. Dalam aplikasi pada perencanaan kawasan, over lay masing-masing layer pemahaman menunjukkan vocal point, posisi kawasan inti dan kawasan pendukung dan sebagainya.
PENCAPAIAN
Pencapaian ke lokasi pos pengamatan dapat dilakukan dari kabupaten Pemalang, kabupaten Purbalingga dengan waktu tempuh sekitar 1,5 jam dari pusat kota kabupaten pemalang dan Purbalingga. Sedangkan dari kabupaten Tegal bisa mencapai 2 jam perjalanan. Pos pengamatan dapat dicapai dengan menggunakan kendaraan pribadi dengan lebar jalan dari jalan utama sekitar 5 m dengan badan jalan sekitar 3 m.
KONDISI POS PENGAMATAN GUNUNGAPI SLAMET
Kompleks pos pengamatan dibawah Badan Geologi Pusat Vulkanologi dan Bencana Geologi berada pada puncak sebuah bukit dengan kontur cenderung curam pada sisi selatan, barat dan timur sedangkan pada sisi terdiri 1 (satu) bangunan tunggal menghadap kearah selatan. Dengan pemandangan kearah selatan adalah gunung Slamet dan kearah selatan adalah dataran rendah kabupaten pemalang.
Lokasi secara spesifik dikelilingi oleh perkebunan Cengkeh pada sisi utara, Timur dan barat merupakan lahan perkebunan yang merupakan milik warga masyarakat sekitar sedangkan pada sisi selatan terdapat beberapa permukiman penduduk yang mengelompok .
POTENSI
Ditinjau dari beberapa aspek Kompleks pos pengamatan gunungapi slamet nilai potensi strategis, diantaranya : Pemandangan langsung kearah gunung slamet dengan menyajikan keindahan dan keragaman lansekap pegunungan,memiliki suhu lingkungan sekitar cenderung dingin berkisar antara 150 sampai 250 C.
Menjadi jalan alternatif untuk kegiatan mendaki gunung, jalan setapak (tracking), memiliki beberapa jalan alternatif dari 3 kabupaten yaitu pemalang, purbalingga dan Tegal, secara letak sangat strategis berada pada pertemuan jalur wisata Pemalang dengan Obyek Wisata Widuri Water Park, Purwokerto dengan Kawasan Wisata Baturaden, Kabupaten Tegal dengan Kawasan Wisata Guci dan Purbalingga dengan Obyek Wisata Owabong, dan Pos Pengamatan Gunung Slamet Desa Gambuhan Kecamatan Pulosari ini merupakan satu – satu yang ada disepanjang Jalur Pantura
PERMASALAHAN
Berdasar pengamatan fisik ada beberapa aspek permalsalahan dari Kompleks pos pengamatan gunungapi slamet, diantaranya : jalan masuk menuju pos pengamatan relatif sempit dengan lebar jalan secara keseluruhan sekitar 5m dengan badan jalan sekitar 3m. Sehingga hanya dapat dilalui oleh kendaraan roda 4 satu arah. Dengan sisi kanan dan kiri cenderung berkontur atau terdapat beda ketinggian. Selain itu jalan tersebut pada bagian – bagian tertentu berada pada permukiman penduduk yang padat. Luas lahan pos pengamatan yang relatif sempit sehingga kesulitan untuk dikembangkan. Demikian juga dengan tempat parkir hanya bisa untuk maksimal 2 buah mobil. Lahan disekitar pos pengamatan milik penduduk dan apabila akan dikembangkan maka perlu adanya pengadaan lahan. Dengan beberapa kesamaan potensi dan karakteristik diatas pengembangan pembangunan pos Pengamatan Gunung Slamet nantinya akan menjadi daya tarik tersendiri bagi perkembangan wisata alam di Kabupaten Pemalang khususnya serta Jawa Tengah Pada umumnya
Konsep Pengembangan & Penataan Pos Pengamatan G. Slamet.
Dengan melihat potensi yang ada di Pos Pengamatan Gunung SLAMET sangat dimungkinkan untuk dilakukan pengembangan dan penataan dengan menyajikan Pemandangan serta Keindahan Alam Pengunungan yang dihapkan nantinya akan menambah dan menjadi salah satu obyek wisata yang di Kabupaten Pemalang Arah pengembangan dan kebijakan penyelenggaraan pembangunan untuk pengembangan kawasan wisata Pos Pengamatan Gng. SLAMET mengarah kepada beberapa pokok substansi acuan/guidance pengembangan, yaitu:
A. Squential Thematic
Sequential Thematic ini merupakan turunan dari potensi (yang disuper-imposedkan menjadi segmen dan koridor kegiatan wisata). Segmen dan koridor memberikan masukan pada elemen-elemen pembentuk ruang wisata dan implikasi pengelolaan kegiatan wisata (tanpa meninggalkan ’benang merah’ potensi (pasar) wisata.
Segmen yang diindikasikan memberikan masukan tematik perencanan ruang (market place, waterfront, education tourism object, socio-cultural tourism object, community work shop object dan sebagainya). Segmen dikembangkan sesuai dengan arah pengembangan substansi potensi (STRATEGIC PLANNING).
Koridor merangkaikan segmen-segmen yang diindikasikan untuk berkembang. Koridor ini bersifat sebagai interconnenct (link) ataupun integrasi (benang merah) yang dapat diimplementasikan berupa infrastruktur (jalur, ruang/space,) ataupun suasana (image, nuansi, gradasi interest wisata dan sebagainya).
Tematik sekuel ini menggambarkan hasil identifikasi potensi dan karakter kegiatan wisata yang memungkinkan untuk dikembangkan. Pengembangan potensi dan karakter ini akan menjadi atribut-atribut wisata yang dipandang dominan bahkan memiliki determinasi dalam mengembangkan aktifitas wisata (atraksi dsb).
B. Deliniasi Kawasan Studi
Deliniasi memberikan masukan untuk menentukan daerah yangh akan dikembangkan sebagai heading/title project. Deliniasi ini merupakan (pada aplikasi pemetaan sebagai layer):
§ Batasan kawasan (justifikasi studi)
§ Batasan domain masing-masing tema misal, deliniasi kampung wisata, deliniasi wisata bahari, deliniasi waterfront dan sebagainya
Dalam aplikasi pada perencanaan kawasan, over lay masing-masing layer pemahaman menunjukkan vocal point, posisi kawasan inti dan kawasan pendukung dan sebagainya.
C. Integrasi Perencanaan
Integrasi pada proses perencanaan diarahkan pada pengembangan substansi-substansi tematik wisata yang diintegrasikan secara konsepsi berupa Integrasi antara perencanaan makro dan solusi parsial. Integrasi ini berangkat dari ‘benang merah’hasil analisis potensi wisata. Aplikasi ‘benang merah’ ini adalah dalam:
Bentuk-bentuk fisik seperti pembentuk-pembentuk space, street furniture, taman ataupun elemen amenities lainnya,
Bentuk-bentuk suasana yang dibentuk melalui serial vision, vista atupun komposisi visual.
Kedua keluaran tersebut di atas memiliki pertimbangan tindak lanjut, yaitu:
Menjadi model penanganan kawasan wisata baik dalam merumuskan kerangka besar konsep perencanaan dan solusi parsial dalam implementasinya.
Kedepan, hasil studi ini akan menjadi acuan atau guidance pelaksanaan (berupa manajemen/pengelolaan) pengembangan kawasan. Bahkan, dapat dimungkinkan diaplikasikan ke dalam perda tentang kawasan wisata.
Memberikan dampak dalam percepatan (incremental) pembangunan kawasan wisata sejalan dengan tren pengembangan potensi.
Konsep Penataan Lahan
Secara umum Pengembangan dan penataan Pos Pengamatan Gng SLAMET dilakukan dengan melihat beberapa kondisi serta potensi yang dimiliki, secara umum pembangian Zone serta Deskripsi Konsep Penataan yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut :
Konsep Penataan Ruang ( Tingkat Kawasan )
Secara Penataan Ruang Kawasan Pos Pengamatan Gunung SLAMET lebih diarah pada pemamfaatan kondisi eksiting dengan memperhatikan potensi yang dimiliki :
Aksebilitas
Pengembangan lahan pos pengamatan gunungapi slamet didesa gambuhan kec. Pulosari kabupaten pemalang dengan cara membeli perkebunan cengkeh yang ada pada sisi selatan pos pengamatan. Pengembangan lahan pos pengamatan gunungapi dapat digunakan untuk kantong parkir, kegiatan outbond, tracking atau pengembangan fasilitas lainnya
Pelebaran jalan menuju pos pengamatan gunungapi slamet dari jalan utama. Beberapa alternatif pengembangan jalan yaitu : Pembuatan akses jalan baru terdiri dari beberapa alternatif yaitu :
Dari jalan utama moga – guci dengan panjang jalan baru 1km menuju pos pengamatan.
Pembuatan jalan dari jalan lokal desa gambuhan dengan panjang 300m
Memperlebar jalan eksisting menjadi 8m dengan badan jalan 6 m terdiri dari 2 alternatif yaitu :
Pelebaran akses jalan masuk pada pertigaan dekat dengan kantor kepala desa gambuhan sekitar 800m, pelebaran akses jalan masuk pada pertigaan dekat gapura gambuhan dengan panjang jalan 1400m
Sarana Penunjang
Dengan melihat kondisi yang ada sekarang ini , diperlukan penambahan beberapa sarana penunjang guna melengkapi beberapa fasilitas yang ada , beberapa sarana penunjang tesebut antara lain : halaman parkir, area outbound, tracking, arena flying fox, gardu pandang, Restoran dan theather.
Ada yang minat berinfestasi disini?(uripsr@ymail.com)***

Sumber: Bappeda Kab. Pemalang.

Sejarah Kota Pemalang ...

Selasa, 17 Maret 2009 |

Keberadaan Pemalang dapat dibuktikan berdasarkan berbagai temuan arkeologis pada masa prasejarah. Temuan itu berupa punden berundak dan pemandian di sebelah Barat Daya Kecamatan Moga. Patung Ganesa yang unik, lingga, kuburan dan batu nisan di desa Keropak. Selain itu bukti arkeologis yang menunjukkan adanya unsur-unsur kebudayaan Islam juga dapat dihubungkan seperti adanya kuburan Syech Maulana Maghribi di Kawedanan Comal. Kemudian adanya kuburan Rohidin, Sayyid Ngali paman dari Sunan Ampel yang juga memiliki misi untuk mengislamkan penduduk setempat.
Eksistensi Pemalang pada abad XVI dapat dihubungkan dengan catatan Rijklof Van Goens dan data di dalam buku W FRUIN MEES yang menyatakan bahwa pada tahun 1575 Pemalang merupakan salah satu dari 14 daerah merdeka di Pulau Jawa, yang dipimpin oleh seorang pangeran atau raja. Dalam perkembangan kemudian, Senopati dan Panembahan Sedo Krapyak dari Mataram menaklukan daerah-daerah tersebut, termasuk di dalamnya Pemalang. Sejak saat itu Pemalang menjadi daerah vasal Mataram yang diperintah oleh Pangeran atau Raja Vasal.
Pemalang dan Kendal pada masa sebelum abad XVII merupakan daerah yang lebih penting dibandingkan dengan Tegal, Pekalongan dan Semarang. Karena itu jalan raya yang menghubungkan daerah pantai utara dengan daerah pedalaman Jawa Tengah (Mataram) yang melintasi Pemalang dan Wiradesa dianggap sebagai jalan paling tua yang menghubungkan dua kawasan tersebut.
Populasi penduduk sebagai pemukiman di pedesaan yang telah teratur muncul pada periode abad awal Masehi hingga abad XIV dan XV, dan kemudian berkembang pesat pada abad XVI, yaitu pada masa meningkatnya perkembangan Islam di Jawa di bawah Kerajaan Demak, Cirebon dan kemudian Mataram.
Pada masa itu Pemalang telah berhasil membentuk pemerintahan tradisional pada sekitar tahun 1575. Tokoh yang asal mulanya dari Pajang bernama Pangeran Benawa. Pangeran uu asal mulanya adalah Raja Jipang yang menggantikan ayahnya yang telah mangkat yaitu Sultan Adiwijaya.
Kedudukan raja ini didahului dengan suatu perseturuan sengit antara dirinya dan Aria Pangiri.
Sayang sekali Pangeran Benawa hanya dapat memerintah selama satu tahun. Pangeran Benawa meninggal dunia dan berdasarkan kepercayaan penduduk setempat menyatakan bahwa Pangeran Benawa meninggal di Pemalang, dan dimakamkan di Desa Penggarit (sekarang Taman Makam Pahlawan Penggarit).
Pemalang menjadi kesatuan wilayah administratif yang mantap sejak R. Mangoneng, Pangonen atau Mangunoneng menjadi penguasa wilayah Pemalang yang berpusat di sekitar Dukuh Oneng, Desa Bojongbata pada sekitar tahun 1622.
Pada masa ini Pemalang merupakan apanage dari Pangeran Purbaya dari Mataram. Menurut beberapa sumber R Mangoneng merupakan tokoh pimpinan daerah yang ikut mendukung kebijakan Sultan Agung. Seorang tokoh yang sangat anti VOC. Dengan demikian Mangoneng dapat dipandang sebagai seorang pemimpin, prajurit, pejuang dan pahlawan bangsa dalam melawan penjajahan Belanda pada abad XVII yaitu perjuangan melawan Belanda di bawah panji-panji Sultan Agung dari Mataram.
Pada sekitar tahun 1652, Sunan Amangkurat II mengangkat Ingabehi Subajaya menjadi Bupati Pemalang setelah Amangkurat II memantapkan tahta pemerintahan di Mataram setelah pemberontakan Trunajaya dapat dipadamkan dengan bantuan VOC pada tahun 1678.
Menurut catatan Belanda pada tahun 1820 Pemalang kemudian diperintah oleh Bupati yang bernama Mas Tumenggung Suralaya. Pada masa ini Pemalang telah berhubungan erat dengan tokoh Kanjeng Swargi atau Kanjeng Pontang. Seorang Bupati yang terlibat dalam perang Diponegoro. Kanjeng Swargi ini juga dikenal sebagai Gusti Sepuh, dan ketika perang berlangsung dia berhasil melarikan diri dari kejaran Belanda ke daerah Sigeseng atau Kendaldoyong. Makam dari Gusti Sepuh ini dapat diidentifikasikan sebagai makam kanjeng Swargi atau Reksodiningrat. Dalam masa-masa pemerintahan antara tahun 1823-1825 yaitu pada masa Bupati Reksadiningrat. Catatan Belanda menyebutkan bahwa yang gigih membantu pihak Belanda dalam perang Diponegoro di wilayah Pantai Utara Jawa hanyalah Bupati-bupati Tegal, Kendal dan Batang tanpa menyebut Bupati Pemalang.
Sementara itu pada bagian lain dari Buku P.J.F. Louw yang berjudul De Java Oorlog Uan 1825 -1830 dilaporkan bahwa Residen Uan Den Poet mengorganisasi beberapa barisan yang baik dari Tegal, Pemalang dan Brebes untuk mempertahankan diri dari pasukan Diponegoro pada bulan September 1825 sampai akhir Januari 1826. Keterlibatan Pemalang dalam membantu Belanda ini dapat dikaitkan dengan adanya keterangan Belanda yang menyatakan Adipati Reksodiningrat hanya dicatat secara resmi sebagai Bupati Pemalang sampai tahun 1825. Dan besar kemungkinan peristiwa pengerahan orang Pemalang itu terjadi setelah Adipati Reksodiningrat bergabung dengan pasukan Diponegoro yang berakibat Belanda menghentikan Bupati Reksodiningrat.
Pada tahun 1832 Bupati Pemalang yang Mbahurekso adalah Raden Tumenggung Sumo Negoro. Pada waktu itu kemakmuran melimpah ruah akibat berhasilnya pertanian di daerah Pemalang. Seperti diketahui Pemalang merupakan penghasil padi, kopi, tembakau dan kacang. Dalam laporan yang terbit pada awal abad XX disebutkan bahwa Pemalang merupakan afdeling dan Kabupaten dari karisidenan Pekalongan. Afdeling Pemalang dibagi dua yaitu Pemalang dan Randudongkal. Dan Kabupaten Pemalang terbagi dalam 5 distrik. Jadi dengan demikian Pemalang merupakan nama kabupaten, distrik dan Onder Distrik dari Karisidenan Pekalongan, Propinsi Jawa Tengah.
Pusat Kabupaten Pemalang yang pertama terdapat di Desa Oneng. Walaupun tidak ada sisa peninggalan dari Kabupaten ini namun masih ditemukan petunjuk lain. Petunjuk itu berupa sebuah dukuh yang bernama Oneng yang masih bisa ditemukan sekarang ini di Desa Bojongbata. Sedangkan Pusat Kabupaten Pemalang yang kedua dipastikan berada di Ketandan. Sisa-sisa bangunannya masih bisa dilihat sampai sekarang yaitu disekitar Klinik Ketandan (Dinas Kesehatan).
Pusat Kabupaten yang ketiga adalah kabupaten yang sekarang ini (Kabupaten Pemalang dekat Alun-alun Kota Pemalang). Kabupaten yang sekarang ini juga merupakan sisa dari bangunan yang didirikan oleh Kolonial Belanda. Yang selanjutnya mengalami beberapa kali rehab dan renovasi bangunan hingga kebentuk bangunan Jogio sebagai ciri khas bangunan di Jawa Tengah.
Dengan demikian Kabupaten Pemalang telah mantap sebagai suatu kesatuan administratif pasca pemerintahan Kolonial Belanda. Secara biokratif Pemerintahan Kabupaten Pemalang juga terus dibenahi. Dari bentuk birokratif kolonial yang berbau feodalistik menuju birokrasi yang lebih sesuai dengan perkembangan dimasa sekarang.
Sebagai suatu penghomatan atas sejarah terbentuknya Kabupten Pemalang maka pemerintah daerah telah bersepakat untuk memberi atribut berupa Hari Jadi Pemalang. Hal ini selalu untuk rnemperingati sejarah lahirnya Kabupaten Pemalang juga untuk memberikan nilai-nilai yang bernuansa patriotisme dan nilai-nilai heroisme sebagai cermin dari rakyat Kabupaten Pemalang.
Penetapan hari jadi ini dapat dihubungkan pula dengan tanggal pernyataan Pangeran Diponegoro mengadakan perang terhadap Pemerintahan Kolonial Belanda, yaitu tanggal 20 Juli 1823. Namun berdasarkan diskusi para pakar yang dibentuk oleh Tim Kabupaten Pemalang Hari Jadi Pemalang adalah tanggal 24 Januari 1575. Bertepatan dengan Hari Kamis Kliwon tanggal 1 Syawal 1496 Je 982 Hijriah. Dan ditetapkan dalam Peraturan Daerah Kabupaten Dati II Kabupaten Pemalang Nomor 9 Tahun 1996 tentang Hari Jadi Kabupaten Pemalang.
Tahun 1575 diwujudkan dengan bentuk Surya Sengkolo
:

Lunguding Sabdo Wangsiting Gusti
yang mempunyai arti harfiah : kearifan, ucapan/sabdo, ajaran, pesan-pesan, Tuhan, dengan mempunyai nilai 5751. Sedangkan tahun 1496 je diwujudkan dengan Candra Sengkala
Tawakal Ambuko Wahananing Manunggal
yang mempunyai arti harfiah berserah diri, membuka, sarana/wadah/alat untuk, persatuan/menjadi satu dengan mempunyai nilai 6941.
Adapun Sesanti Kabupaten Pemalang adalah

Pancasila Kaloka Panduning nagari
dengan arti harfiah lima dasar, termashur/terkenal, pedoman/bimbingan, negara/daerah dengan mempunyai nilai 5751.***

Sebagai wujud kecintaan terhadap kota Kelahiran P-E-M-A-L-A-N-G
Sebagai warga yg jauh di rantau semoga selalu ingat kampung halaman,
ibarat pepatah "kacang tidak lupa kulitnya" .

Referensi :

Eksistensi Pemalang Berdasarkan
Data Sosio-Historis Sampai Abad XIX

http://www.pemalangkab.go.id
Foto: Heri Susyanto
http://thesimpleplanet.com/

Mengenal Lebih Dekat Pemalang...

Jumat, 13 Maret 2009 |


Sekilas Kota Pemalang...

Kab. Pemalang merupakan salah satu kabupaten di Prov. Jawa Tengah yang terletak di Pantai Utara Pulau Jawa. Secara astronomis Kab. Pemalang terletak antara 109 derajat 17' 30" - 109 derajat 40' 30" BT dan 8 derajat 52' 30" - 7 derajat 20' 11" LS. Kab. Pemalang memiliki luas wilayah sebesar 111.530 km2. Wilayah ini disebelah utara berbatasan dengan laut Jawa, disebelah selatan berbatasan Kab. Purbalingga, disebelah timur berbatasan dengan Kab. Pekalongan dan di sebelah barat berbatasan dengan Kab.Tegal. Dengan demikian Kab.Pemalang memiliki posisi strategis, baik dari sisi perdagangan maupun pemerintahan. Kab.Pemalang memiliki topografi bervariasi. Bagian utara Pemalang merupakan daerah pantai dengan ketinggian berkisar antara 1-5 m dpl. Bagian tengah merupakan dataran rendah yang subur dengan ketinggian 6-15 m dpl dan bagian selatan merupakan dataran tinggi dan pegunungan yang subur serta berhawa sejuk ( 16-925 m dpl).Kab. Pemalang ini dilintasi dua buah sungai besar yaitu sungai Waluh dan sungai Comal yang menjadikan sebagian wilayahnya merupakan daerah aliran sungai yang subur.Seni BudayaSeni tradisional yang hampir punah di Kota ini adalah Sintren, Kuntulan dsb. Daerah wisatanya antara lain Pantai Widuri, Pemandian Moga (kayaknya perlu di gali lagi).Wisata kuliner di kota ini sangat banyak dan bervariasi ada Nasi Grombyang, Sate Loso, Taoto, Sego megono, nasi dekem, tahu campur dsb. Pokoknya urusan kuliner Pemalang adalah gudangnya.Ayo siapa lagi yang mau menambahi perbendaharaan kuliner di Pemalang.

Kabupaten Pemalang terdiri atas 14 kecamatan, yang dibagi lagi atas sejumlah desa dankelurahan. Pusat pemerintahan berada di Kecamatan Pemalang.

Di samping Pemalang, kota-kota kecamatan lainnya yang cukup signifikan adalah Comal, Petarukan, Ulujami, Randudongkal dan Moga.

Kabupaten Pemalang kebanyakan merupakan suku Jawa. Di bagian barat dan selatan, penduduknya bertutur dalam bahasa Jawa dialek Tegal, sedangkan di bagian timur seperti di Petarukan, Comal, Ulujami, Ampelgading dan Bodeh bertutur dalam bahasa Jawa dialek Pekalongan.

Industri Rumah Tangga

Rupa-rupa:
Referensi:
Situs web resmi: http://www.pemalangkab.go.id
Wikipedia - Ensiklopedia Bebas